Ads 468x60px

Senin, 30 Maret 2015

CBDRF (Common Border Datum Refrence Frame)

Fungsi CBDRF dalam pengukuran batas negara ?

CBDRF (Common Border Datum Refrence Frame) digunakan sebagai titik acuan bersama pengukuran pilar batas oleh kedua negara. Pada jaman dahulu masing masing negara mempunyai refrensi pemetaan yang berbeda sehingga garis batas negara juga didefinisikan secara berbeda. Hal tersebut menimbulkan sengketa batas kerana masing masing negara mempunyai definisi yang berbeda tentang bentuk dan letak garis batas negara. Berdasarkan hal itu maka kedua negara yg berbatasan membuat CBDRF dengan refrensi yang telah disepakati bersama. CBDRF digunakan sebagai refrensi bersama dalam pengukuran batas wilayah . 

Bagaimana pengukuran pilar CBDRF ? 
      Pembuatan pilar CBDRF tergantung dengan orde pilar CBDRF yang akan dibuat. Setiap orde mempunyai spesifikasi pengukuran yang berbeda. Orde CBDRF dibagi menjadi 3 kelas, yaitu orde 0, Orde 1 dan Orde 2.

Orde 0 merupakan orde tertinggi (Layer Pertama), pengukuranya dilakukan dengan GPS geodetic secara differensial terikat langsung dengan IGS (International GNSS Service). Pengolahan data dilakukan dengan software ilmiah seperti bernese atau Gamit

Orde 1 merupakan layer kedua, pengukuranya dilakukan dengan GPS Geodetic secara differensial terikat dengan orde 0. Pengolahan data dilakukan dengan software komersial

Orde 2 merupakan layer ketiga, pengukuranya dilakukan dengan GPS Geodetic secara differensial terikat dengan orde 1. Pengolahan data dilakukan dengan software komersial

Mengapa ada pembagian kelas CBDRF ?

CBDRF dikelaskan berdasarkan ketelitianya, dari dasar itulah maka spesifikasi pengukuran CBDRF juga dibedakan. CBDRF dikelaskan agar pengukuran CBDRF bisa dilakukan secara efisien. Hanya ada beberapa pilar CBDRF orde 0, kemudian diturunkan menjadi orde 1 dan orde 2. Semakin rendah ordenya maka pengukuranya juga semakin sederhana, waktu pengamatanya lebih pendek dan pengolahanya bisa dilakukan dengan software komersial.

Salam Perbatasan

 

Pemerintah Pusat Memprakarsai Pembentukan Desa ?

Bisakah Pemerintah Pusat Memprakarsai Pembentukan Desa ?

Menurut UU No 6 Tahun 2014 Tentang Desa dan  PP 43 Tahun 2014 Tentang Pelaksanaan UU No 6 Tahun 2014, pemerintah pusat bisa memprakarsai pembentukan desa. Dijelaskan dalam PP 43 Tahun 2014 pada Bab II, pemerintah pusat dapat memprakarsai pembentukan desa demi kepentingan nasional yang strategis.

Siapakah yang dimaksud pemerintah pusat ?

Kementrian/Lembaga pemerintah Non Kementrian terkait

Pembentukan desa yang seperti apa ?
  1. Pemekaran dari 1 Desa menjadi 2 Desa atau lebih
  2. Penggabungan bagian Desa dari Desa yang bersanding menjadi 1 Desa atau penggabungan beberapa Desa menjadi 1 Desa baru.
Bagaimana tahapanya ?
Menurut PP 43 Tahun 2014 dijelaskan sebagai berikut,
  1. Pimpinan Kementrian/Lembaga pemerintah Non Kementrian terkait mengadakan rapat bersama Menteri  Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota. Menteri menerbitkan keputusan persetujuan pembentukan Desa.
  2. Keputusan Menteri wajib ditindaklanjuti oleh pemerintahan daerah kabupaten/kota dengan menetapkannya dalam peraturan daerah kabupaten/kota tentang pembentukan Desa dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) tahun sejak ditetapkannya Keputusan Menteri.

Tata cara pembentukan desa yang harus ditempuh oleh pemerintah pusat jauh lebih mudah daripada pembentukan desa yang diprakarsai oleh pemerintah daerah (Pemerintah Kabupaten/Kota). Hal ini dikarenakan pembentukan desa yang diprakarsai oleh pemerintah daerah harus melalui masa "desa persiapan" selama 1-3 tahun sebelum benar benar ditetapkan menjadi desa. Bahkan desa persiapan bisa dikembalikan lagi ke desa induk menurut hasil evaluasi.

Salam Reformasi


Senin, 09 Februari 2015

Precise Positioning Point (PPP)

Precise Positioning Point adalah sebuah sistem pengolahan data GPS, bisa dilakukan secara real time dan post processing. Ada banyak perusahaan yang menyediakan teknologi PPP. Umumnya perusahaan tersebut mempunyai base yang tersebar di seluruh dunia dan selalu menyala 24 jam/hari. Data yang direkam oleh base tersebut digunakan untuk mengkoreksi data hasil pengukuran kita. Jika tempat kita melakukan pengukuran tersedia jaringan mobile data atau internet maka kita bisa mendapatkan hasil secara real time, atau bisa juga menggunakan signal radio, tergantung spesifikasi GPS yang kita miliki. Kita bisa menggunakan jasa PPP kapanpun dan dimanapun.

PPP sangat efektif jika kita ingin melakukan pengukuran secara tunggal, tanpa menggunakan base. Data yang kita dapatkan akan dikoreksi bersama dengan data dari seluruh base yang tersebar di dunia. Karena dikoreksi menggunakan base yang sangat banyak dan tersebar maka hasil yang didapat akan cukup teliti. Ketelitian yang didapat tergantung pada lama pengamatan, kondisi lapangan dan pengolahan data. Ada perusahaan PPP yang bisa kita atur parameter pengolahan datanya dan ada juga yang tidak bisa diatur parameter pengolahan datanya, alias kita terima jadi koordinat hasil pengolahan tanpa tahu parameter yang digunakan untuk mengolah. 


Post Procesing

Tahapan :
1. Melakukan pengukuran GPS, spesifikasi pengukuran disesuaikan dengan penggunaan

2. Data hasil pengukuran di download, biasanya dalam format Rinex. Jika data tidak dalam format Rinex maka harus dikonversi dahulu menjadi format Rinex. Ada juga yg bisa mengolah data tidak dalam format Rinex, dibaca saja petunjuk pada masing masing penyedia jasa.

3. Data tersebut di upload ke Web penyedia jasa PPP, berikut adalah daftarnya :
a. AUSPOS
b. OPUS
c. GAPS

Diskripsi penyedia jasa bisa dibaca di Webnya masing masing

4. Data hasil pengolahan akan dikirimkan ke email yang anda kirimkan. Masing masing penyedia jasa akan mengirimkan jawaban yang berbeda beda. Setiap penyedia jasa memiliki kekurangan dan keunggulan masing masing

Ada juga yang menawarkan koreksi data secara real time. Data hasil pengukuran akan langsung dioreksi dan ditampilkan pada GPS yang sedang kita gunakan. Tidak semua GPS bisa melakukan fungsi ini dan tidak semua penyedia jasa PPP memberikan fasilitas ini. GPS yang bisa melakukan fungsi ini salah satunya adalah Trimble Net R9, dikoreksi juga menggunakan sistem PPP milik Trimble. 

Jika kesulitan merubah data dari GPS trimble (DAT, T01, and T02) bisa menggunakan software ini

Konsep PPP sebenarnya mirip dengan sistem CORS milik Badan Informasi Geospasial atau Badan Pertanahan Nasional. Sayangnya tidak semua base CORS milik 2 intansi pemerintah Indonesia itu terus menyala, bahkan belum tersebar merata di seluruh Nusantara. Sekarang data CORS bisa di download gratis, tanpa harus meminta minta menggunakan surat, cek disini

Solusi paling ampuh adalah menghubungi intansi pemerintah penyedia CORS ketika akan melakukan pengukuran, jika base CORS terdekat mati minta tolong dihidupkan, setelah pengukuran datanya diminta lewat email lalu digunakan untuk melakukan pengolahan post processing. Tidak semua pengukuran bisa dilakukan dengan metode PPP. Kita harus tahu bahwa secara tidak langsung kita akan memberikan data GPS kita kepada penyedia jasa yang mana adalah negara asing. Ada beberapa pengukuran data rahasia negara yang tidak bisa menggunakan PPP.

Contoh hasil procesing data PPP Trimble, file berbentuk PDF, dikirim ke email saya 2 menit setelah saya upload data Rinek ke RTX Trimble

Sekian dan Terimakasih

EDM Baseline Test GPS

EDM Baseline test adalah kegiatan membandingkan jarak yang diperoleh dari pengukuran GPS dengan pengukuran jarak menggunakan EDM (Electronic Distance Measurement). Jarak yang dihasilkan oleh EDM dianggap lebih teliti dan dijadian acuan untuk pengukuran jarak baseline GPS. Untuk melakukanya kita membutuhkan beberapa pilar dengan jarak yang telah diukur menggunakan EDM. Selanjutnya kita melakukan pengukuran GPS di pilar pilar tersebut untuk kemudian dihitung panjang baselineya.



Pengukuran EDM Baseline Test menggunakan spesifikasi sebagai berikut :
Lama pengamatan : Minimal 10 menit
Logging Interval : Maksimal 15 detik
Jumlah Satelit : Minimal 5 Satelit
GDOP : Maksimal 6
Elevation mask : 10-15 derajat

Spesifikasi perhitungan baseline :
Ambiguitas Fase : Fix
Cut of Angel : 15 Derajat
Frequenci Used : L1 & L2

Selisih jarak baseline GPS dan jarak EDM tidak boleh lebih besar dari 10 Milimeter

Ket : Spesifikasi diatas bersumber dari JUPEM (Jabatan Ukur dan Pemetaan Malaysia)

Contoh data pengukuran EDM Baseline Test


 Selain Zero Baseline Test dan EDM Baseline Test ada 1 metode lagi, yaitu  GPS Network Test

 Sekian dan Terimakasih

Zero Baseline Test GPS

Zero Baseline Test adalah salah satu jenis kalibrasi GPS. Kegiatan ini dilakukan untuk menguji kualitas antena, receiver, kabel dan software pengolahan data GPS. Konsepnya adalah menggunakan 2 buah receiver GPS untuk melakukan pengukuran menggunakan 1 buah antena. Untuk melakukanya membutuhkan alat tambahan yang disebut splitter. Splitter berfungsi untuk membagi kabel yang terhubung ke antena kepada 2 buah receiver. Perhatikan gambar berikut ini !

Antena GPS menangkat signal dari satelit lalu dikirim ke splitter dan dibagi menuju kedua receiver. Hasil yang didapatkan pada kedua receiver harusnya sama karena bersumber dari antena yang sama. Jika terjadi berbedaan hasil berarti salah satu GPS mengalami masalah. Salah satu receiver yang digunakan sebaiknya sudah dikalibrasi terlebih dahulu oleh kontributor yang menjual alat GPS. Receiver tersebut dijadikan acuan terhadap receiver yang lain.

Pengukuran GPS Zero Baseline Test menggunakan spesifikasi sebagai berikut :
Lama pengamatan : Minimal 10 menit
Logging Interval : Maksimal 15 detik
Jumlah Satelit : Minimal 5 Satelit
GDOP : Maksimal 6
Elevation mask : 10-15 derajat

Ket : Spesifikasi diatas bersumber dari JUPEM (Jabatan Ukur dan Pemetaan Malaysia)

Hasil yang didapat dari kedua receiver adalah nilai tinggi. Perbedaan nilai tinggi dari kedua buah receiver harus kurang dari 1,4 milimeter (JUPEM). Jika lebih dari 1,4 milimeter maka alat harus dikembalikan kepada distributor untuk pengujian lebih lanjut. Pengujian sebaiknya dilakukan 2 kali, menggunakan masing masing antena receiver yang diuji. Berikut contoh hasil uji Zero Baseline Test :

Selain Zero Baseline Test masih ada metode kalibrasi GPS yang lain,
Yaitu metode EDM Baseline Test

Sekian dan Terimakasih

Selasa, 06 Agustus 2013

Membuat Peta Kontur dengan Global Mapper

Kita bisa membuat Peta kontur dengan menggunakan data SRTM ataupun Data ASTER GDEM. SRTM adalah data elevasi resolusi tinggi yang merepresentasikan topografi bumi dengan cakupan global (80% luasan dunia). Data SRTM adalah data elevasi muka bumi yang dihasilkan dari satelit yang diluncurkan oleh NASA (National Aeronautics and Space Administration). Data ini bisa di download secara gratis 

DEM SRTM mempunyai dua level, yaitu level 1 dan level 3, dimana level 1 tersedia hanya untuk wilayah Amerika Serikat saja dan mempunyai resolusi horisontal 30 meter, dan untuk wilayah Indonesia terdapat pada level 3. Pada level 3 ini, DEM SRTM mempunyai ketelitan sebesar 90 meter  

ASTER GDEM (Advanced Spaceborne Thermal Emission and Reflection Radiometer Global Digital Elevation Model) merupakan data ketinggian wilayah yang biasa disebut Data Elevation Model (DEM) dan merupakan data raster hasil dari perekaman satelit ASTER. Resolusi horisontalnya lumayan tajam yakni 30 meter sehingga membuatnya lebih banyak digunakan ketimbang data SRTM yang memiliki resolusi lebih kecil yakni 90 Meter. Saat ini, data ASTER GDEM ini telah disediakan secara gratis untuk didownload dan wilayahnya mencakup seluruh muka bumi.


Buka software Global Mapper kemudian pilih "Open Your Own Data File"






















Setelah itu masukkan data yang telah di Download






















Pilih File-Generate Counturs





Kemudian akan muncul Halaman seperti ini


Atur interval ketinggian garis kontur pada Countur Interval
Bisa juga mengatur ketinggian minimal dan maximal yang ingin ditampilkan Elevation Range
Kemudian klik OK dan tunggu sampai proses selesai

Hasilnya akan seperti ini






Kemudian kita bisa membuat File SHP dengan cara File-Export Vektor Format

 Kemudian pilih Format SHP file



 Kemudian pilih Export Line dan Save



Berikut adalah Data Kontur file SHP yang saya buka dengan ArcGIS


 Sekian dan Terimakasih

Semoga Bermanfaat





Minggu, 04 Agustus 2013

Download Data ASTER GDEM

Sudah baca postingan saya yg ini ?
"Membuat peta kontur dengan data SRTM"

Lalu mana yang lebih bagus, SRTM atau ASTER GDEM ?

ASTER GDEM (Advanced Spaceborne Thermal Emission and Reflection Radiometer Global Digital Elevation Model) merupakan data ketinggian wilayah yang biasa disebut Data Elevation Model (DEM) dan merupakan data raster hasil dari perekaman satelit ASTER. Resolusi horisontalnya lumayan tajam yakni 30 meter sehingga membuatnya lebih banyak digunakan ketimbang data SRTM yang memiliki resolusi lebih kecil yakni 90 Meter. Saat ini, data ASTER GDEM ini telah disediakan secara gratis untuk didownload dan wilayahnya mencakup seluruh muka bumi.

Software yang digunakan untuk membuat peta kontur biasanya adalah software berbayar seperti ArcGIS ataupun Global Mapper. Tapi setelah sekian lama belajar akhirnya saya menemukan software yang bisa digunakan untuk membuat peta kontur secara gratis, yaitu QuantumGIS.

Silahkan download QuantumGIS disini . Kemudian instal sesuai petunjuknya.

Silakan download data ASTER GDEM disini


Sebelum mendownload anda harus Register terlebih dahulu. Ikuti saja petunjuknya, registrasinya mudah dan tidak membutuhkan biaya. Gunakan tool define retangle area membuat batas daerah mana yang akan di download. Pada gambar tersebut saya akan mendownload data daerah gunung Lawu. Setelah itu klik tombol yang saya lingkari. Maka anda akan sampai pada halaman seperti di bawah ini. Klik saja Submit



Kemudian anda akan sampai pada halaman berikut. Klik saya tulisan download. Ukuran file yg saya download kecil, hanya 3 Mb. File yg anda download dalam format Zip sehingga harus di extrak.



Setelah itu buka aplikasi QuantumGIS. Cara pengolahanya sama dengan mengolah data SRTM. Yang belum mengerti bisa baca tulisan saya sebelumnya

""Membuat peta kontur dengan data SRTM"


Semoga Bermanfaat
SALAM LESTARI

Di tulis oleh : Adriyano Louizzao